AWAS JELATANG DI JALUR TREKKING BUKIT BATU KAPUR!
Trekking ke bukit batu kapur bisa jadi mengasyikkan. Pengunjung dapat menyusuri batas pinggiran perkebunan rakyat untuk menyaksikan berbagai jenis primata dan unggas yang sedang menikmati buah-buahan ficus (jenis beringin) yang tumbuh liar secara eksotis di tebing-tebing batu kapur yang curam. Akarnya yang membelit bebatuan, atau menggelantung seperti jemuran, serta menancap di celah-celah sempit tebing terjal, menunjukkan bermacam konfigurasi unik yang menjadi daya tarik tersendiri.
Tapi kesan liar yang menakjubkan itu bisa buyar seketika apabila anda mengabaikan satu ancaman serius di hutan tropis. Tanaman jelatang (laportea)!
Tanaman semak perdu ini kebetulan tumbuh cukup banyak di awal jalur trekking bukit batu kapur. Biasanya, pengunjung akan cenderung terus mendongak ke atas karena terhanyut menyaksikan tingkah laku berbagai jenis hewan langka di atas tebing perbukitan, sampai-sampai mereka lalai terhadap bahaya jelatang. Yang menjebak di sekitarnya.
Untuk mencegah kelalaian seperti itu, para pemandu lokal akan mengingatkan anda secara serius soal tanaman ini, dan melarang para tamunya bersentuhan dengan daunnya yang berbulu. Sebab sekali tersentuh, urusannya bisa runyam. Jelatang adalah salah satu tanaman yang daunnya menimbulkan gatal dan perih yang luar biasa. Nyaris tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk meredakan dampak gatalnya sampai ia hilang sendiri setelah berjam-jam dan menyebabkan bekas yang cukup fatal.
Bagi masyarakat lokal, bahaya jelatang sudah sangat dimaklumi, dan mereka memiliki perumpamaan-perumpamaan dengan menggunakan sifat jelatang. Tapi orang luar umumnya tidak mengetahui bahaya tanaman ini.
Apabila seseorang bersentuhan dengan daun jelatang, maka tindakan pertama yang dilakukan para pemandu adalah menumbuk kapur sirih yang dicampur dengan akar jelatang. Ternyata rahasia penangkal rasa gatal yang ada di daun jelatang adalah pada zat yang ada di akarnya sendiri. Paduan kapur sirih dan akar jelatang yang dihaluskan akan meredakan rasa gatal-perih dan menimbulkan efek dingin pada kulit yang terkena daun jelatang.
Jelatang tumbuh di lembah-lembah yang menjadi bagian awal pendakian ke bukit batu kapur. Jebakan jelatang akan berakhir sendiri setelah pengunjung melewati dataran lembah, untuk seterusnya memasuki pintu bukit batu kapur yang trek-nya mulai mendaki. Memasuki perut hutan, jelatang sudah tidak ditemukan lagi, dan sebagai gantinya anda kini harus berkonsentrasi menaklukkan tebing batu dengan tutupan pepohonan dan belukar yang rapat.
Sebagai peringatan serius sekali lagi, hati-hatilah pada jelatang!